1.Pengertian
vandalisme
Menurut
wikipedia, vandalisme adalah suatu sikap kebiasaan yang dialamatkan
kepada bangsa vandal, pada zaman Romawi Kuno, yang budayanya antara
lain melakukan perusakan yang kejam dan penistaan segalanya yang
indah dan terpuji. Tindakan yang termasuk didalam vandalisme lainnya
adalah perusakan, kriminal, graviti dan hal-hal lainnya yang
mengganggu mata. Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia,
vandal adalah perbuatan merusak dan menghancurkan karya seni dan
barang berharga lainnya (keindahan alam dsb) atau perusakan dan
penghancuran secara kasar atau ganas. Pada
umumnnya vandalisme yang sering terjadi adalah kegiatan
mencorat-coret tembok, papan, atau fasilitas umum lainnya. penempelan
brosur, pamflet dan stiker di muka umum atau bukan pada tempatnya
juga termasuk kegiatan vandalisme. Bahkan merusak fasilitas umum
termasuk kegiatan vandalisme yang sebagaimana telah di ungkapkan
diatas segala bentuk yang dapat mengganggu mata ataupun bentuk
keganasan, kekasaran maupun penghancuran.
- Latar Belakang Seorang Pelajar Melakukan Vandalism
Kelompok kami telah
melakukan wawancara kepada seorang mantan pelajar yang dahulunya
melakukan vandalism. Orang tersebut bernama Azmi, dia merupakan
alumni sebuah Sekolah Menengah Atas di daerah Sleman Barat. Azmi
adalah satu dari sekian banyak pelajar yang pernah melakukan aksi
coret-coret di tembok atau sering disebut dengan vandalism.
Latar belakang dia
melakukan hal tersebut adalah karena pengaruh pergaulan dan ajakan
dari teman-teman sepermainan. Azmi beserta 9 temannya biasa melakukan
aksi coret-coret tembok yang bisa dikatakan ilegal itu dimulai pada
pukul 22.00 WIB dan biasa berakhir pada pukul 02.00 dini hari. Mereka
melakukan aksi ini dengan menggunkan sepeda motor dan dibagi
kebeberapa kelompok yang kemudian masing-masing kelompok meluncur
pada terget yang telah ditentukan yang kemudian nanti kembali
berkumpul pada suatu tempat yang telah mereka sepakati.
Model dari azmi dan
kawan-kawan dalam mencoret tembok ini adalah dua orang menggunakan
satu motor. Satu orang memegang pilok yang berarti dia adalah sang
“eksekutor” gambar dan satu lagi bertugas sebagai si pengendara
motor. Jadi, jika saat mereka melakukan aksinya tersebut tertangkap
atau diketahui oleh orang mereka dengan mudah untuk lari dan
meningglakan tempat tersebut.
Aksi mereka lakukan
biasannya di daerah Sleman Barat (Godean). Mereka sering berkumpul
disalah satu rumah dari salah satu orang kelompok mereka sebelum
melakukan aksi coret-coret tembok ini. Mereka mendapat pilok dan
sejenisnya untuk melancarkan aksi mereka dengan iuran satu sama lain
untuk membeli perlengkapan “menggambar” tetapi tidak jarang pula
ada salah satu dari mereka sukarela membelikan pilok untuk
mencoret-coret tembok.
- Dampak yang dihasilkan Dari Kegiatan Vandalism.
Menurut informan
yang kami wawancarai, sebenarnya tidak ada dampak yang begitu
signifikan yang ditimbulkan dari kegiatan vandalism ini. Mungkin
hanya rasa kepuasan diri sendiri yang telah mampu “menggambar-i”
tembok orang lain sesuka hati mereka. Selain itu juga kepuasan akan
meningktanya popularitas nama sekolah dan “geng” mereka. Karena
tidak jarang mereka hanya iseng-iseng saja menulis nama “geng”
dan nama inisial mereka ke tembok-tembok rumah warga untuk
mengeksis-kan nama sekolah, nama geng atau nama inisial mereka.
Namun selain dampak
kepuasan dari diri sendiri, menurut Azmi vandalism tidak selalu
bersisi negatif tetapi juga ada sisi positifnya. Pernah suatu ketika
di sekolah dia sedang ada acara dan pihak sekolah mengadakan lomba
mural (menggambar pada tembok tetapi sudah ditentukan tema
gambarannya) lalu pihak sekolah meminta setiap kelas untuk
mengirimkan perwakilan guna mengikuti perlombaan mural tersebut.
Dengan begitu selain para siswa mampu menyampaikan aspirasi dan
mengekspresikan diri mereka secara positif pemandangan tembok sekitar
sekolah juga terlihat indah dengan gambaran-gambaran bertema yang
dibuat oleh para siswa.
Disamping itu dampak
negatif yang ditimbulkan dari kegiatan vandalism ini adalah menjadi
kotornya tembok-tembok yang telah digambarai tersebut. Meskipun
mereka sadar akan dampak tersebut tetapi mereka tetap saja melakukan
aksi coret-coret tersebut. Karena selain untuk menaikan popularitas
nama sekolah mereka juga banyak pelajar-pelajar dari sekolah lain
yang melakukan hal serupa. Dampak negatif lainnya yang ditimbulkan
dari aksi vandal adalah merusak/mencemari lingkungan, mengganggu
ketertiban dan mengganggu kenyamanan orang lain. Apabila aksi
tersebut tidak segera diatasi akan bersifat laten dan menjadi
penyakit dalam masyarakat.
- Cara berhenti dari aksi vandalism tersebut
Azmi sekarang telah
kuliah disalah satu Perguruan Tinggi Negeri di kota Yogyakarata. Saat
kami mewawancarai dia, dia mengatakan bahwasannya sudah sejak masuk
kuliah dia berhenti melakukan aksi coret-coret ilegal tersebut selain
karena teman-teman yang berbeda dari jaman SMA dia juga berpandangan
bahwasannya tidak ada dampak yang positif dan baik dengan adanya
vandalism tersebut. Selain itu aksi vandalism hanya akan merugikan
orang lain dan mengganggu keindahan lingkungan. Justru sekarang dia
malu jika dia melihat gambar atau tulisan-tulisan ditembok-tembok
yang pernah ia coret. Kata azmi “saya malu jika harus mengingat
masa alay saya”
Selain itu azmi juga
berpendapat bahwasannya sampai saat ini masih ada vandalism yang
dilakukan kalangan pelajar sekolah menengah atas bahkan menengah
pertama. Ia berpendapat bahwasannya hal tersebut bisa menjadi
perhatian bagi pemerintah Yogyakarta khususnya dan masyarakat sekitar
bahwasannya aksi coret-coret ilegal itu sangat mengganggu dan
merugikan banyak orang. Betapa tidak, tembok yang telah susah payah
dicat rapi dan dengan warna yang bagus tetapi harus ternoda dengan
coretan-coretan atau gambar-gambar yang tidak enak dipandang mata.
Cara yang bisa
digunakan untuk mencegah atau menghentikan vandalism tersebut dengan
cara.
- Tindakan Preventif (pencegahan)
Sebenarnya
vandalisme dapat dicegah, hal tersebut kembali kepada kesadaran diri
seseorang untuk peduli terhadap lingkungan sekitar. Menurut
penulis,tindakan vandalisme adalah bentuk ke-egoisan orang untuk
membuat orang tersebut merasa di akui keberadaannya. Orang tersebut
melakukan aksi corat-coret tembok agar orang lain tau bahwa apa yang
dituliskannya itu merupakan bentuk eksistensi atau menunjukkan
kekuasaan pada diri seseorang tersebut. Jika kesadaran untuk menjaga
keindahan lingkungan sekitar dapat ditumbuhkan, maka tindakan vandal
bisa dicegah sehingga hak orang lain untuk menikmati keindahan
lingkungan tetap terkondisikan. Sebagai bentuk ekspresi diri akan
kreatifitas seni hendaknya tindakan grafiti dan mural ditempatkan
pada tempat yang sesuai dengan kondisi lingkungan, bukan di
rumah-rumah penduduk,toko,pinggir jalan dan taman kota.Apabila mural
dan grafiti dapat dikembangkan dan ditempatkan ditempat yang tepat
maka akan menjadi salah satu bentuk media grafis yang sangat indah.
Selain
hal itu terdapat beberapa hal untuk dapa t mencegah tindakan
vandalisme ,antara lain :
- Diberikan pengertian bahwasannya aksi vandalism itu merupakan aksi penyimpangan sosial.
- Diberikan sosialisasi dampak-dampak yang diakibatkan dari aksi vandalism tersebut.
- Melalui pelajarn sosiologi, siswa diberikan pengertian bahwa tindakan vandalisme adalah penyimpangan sosial dan merusak keindahan.
- Tindakan Represif (pasaca kejadian)
- Diberikan hukuman yang membuat jera pelaku (bukan dengan fisik) mungkin bisa disuruh mengecat tembok yang telah di coret
- Diberikan wadah atau salurkan bakat anak pada apa yang mereka suka (melukis atau menggambar)
- Diselenggarakan lomba grafiti dan mural di lokasi khusus yang menyediakan tempat tersebut sehingga kretifitas bisa dikembagkan secara positif
KESIMPULAN
.Tindakan vandalisme
merupakan sebuah bentuk ekspresi para pelajar yang disalurkan secara
negatif dengan aksi merusak keindahan lingkungan melalui corat-coret
tembok di pinggir jalan. Penyebab tindakan tersebut adalah ajakan
teman dan pergaulan di sekolah yang secara tradisi telah
mempunyai nama 'geng' sekolah. Vandalisme yang dilakukan para pelajar
adalah bentuk ke-egoisan diri agar
diakui keberadaannya. Para pelajar yang melakukan aksi corat-coret
tembok bertujuan agar orang lain tau bahwa apa yang dituliskannya itu
merupakan bentuk eksistensi atau menunjukkan kekuasaan pada geng dan
komunitasnya tersebut.
Kreatifitas
para pelajar hendaknya bisa disalurkan melalui media yang secara
khusus menyediakan tempat untuk grafiti dan mural. Melalui lomba
grafiti atau mural, seni menggambar bisa disalurkan secara positif
menjadi media grafis yang bermakna.Vandalisme
bisa dicegah jika kesadaran akan keindahan lingkungan bisa terus
dijaga. Selain itu diperlukan sosialisasi pada para pelajar jika
tindakan tersebut adalah penyimpangan sosial dan merusak keindahan
lingkungan.
No comments:
Post a Comment
Feel Free to comment... Sertakan Identitas kamu yah ^.^