Proses Sosialisasi
Sosialisasi
merupakan proses transmisi kebudayaan antargenerasi, karena tanpa sosialisasi
masyarakat tidak akan bertahan melebihi satu generasi. Syarat penting
terjadinya sosialisasi adalah interaksi social karena tanpa sosialisasi tidak
mungkin berlangsung.
Melalui
proses sosialisasi individu diharapkan dapat berperan sesuai nilai yang berlaku
di masyarakat dimana dia berada. Sosialisasi dialami individu sebagai makhluk
social sepanjang hidupnya. Karena interaksi merupakan kunci berlangsungnya
proses sosialisasi , maka diperlukan agen sosialisasi yakni orang-orang
disekitar individu tersebut yang mentransmisikan nilai-nilai atau norma-norma
tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Agen sosialisasi ini
merupakan agen paling dekat dengan individu seperti keluarga,guru,teman sebaya
dsb. (significant other)
Menurut
tahapannya sosialisasi dibedakan menjadi dua tahap yaitu sosialisasi primer dan
sekunder . sosialisasi primer merupakan dasar dari sosialisasi sekunder.
II.
Sosialisasi sebagai suatu proses
Charles
Horton Cooley memperkenalkan konsep looking glass self dimana senantiasa dalam
benak individu terjadi suatu proses yang ditandai oleh 3 tahap terpisah.
1) Persepsi:
membayangkan bagaimana orang melihat kita
2) Interpetasi:membayangkan
bagaimana oranglain menilai kita
3) Respons
: persepsi dan interpretasi individu tersebut menyusun respon.
Berbeda
dengan Coolet , Herbet Mead berpendapat bahwa orang yang sudah memiliki “self”
dijumpai pada penguasaan bahasanya, yakni pada anak-anak yang berusia 5 tahun.
Kemampuan untuk menganggap obyek atau subyek secara sekaligus ini diperoleh dalam
tiga tahap yaitu :
1) Playstage
2) Gamestage
Jadi
proses terbentuknya self pada diri anak diawali dari : orangtua mengekspresikan
dirinya kemudian diidentifikasi dan diinternalisasi menjadi peran dan sikap
oleh anak,akhirnya terbentuklah self si anak.
III.
Sosialisasi pengalaman sepanjang hidup
George
Ritzer membagi siklus kehidupan manusia dalam 4 tahap :
1) Masa
kanak-kanak
2) Masa
remaja
3) Masa
dewasa
4) Masa
tua menuju kematian
IV.
Sosialisasi peran menurut jenis kelamin
Orangtua
dalam membedakan perlakuannya terhadap anak laki-lak dan anak perempuan dapat
dijelaskan melalui tiga teori menurut Maccoby dan Jacklin dalam Scanzoni:
1) Teori
imitasi : menirukan tingkah laku orang dewasa. Seorang anak akan
mengidentifikasi dirinya dengan orangtua yang berjenis kelamin sama dengan
dirinya
2) Self
Socialization : anak akan berusaha mengembangkan konsep tentang dirinya
(laki-laki/perempuan) dan juga mengembangkan suatu pengertian tentang apa yang
harus dilakukan bagi jenis kelamin yang bersangkutan.
3) Teori
Reinforcement : menekankan penggunaan sanksi berupa hukuman atau penghargaan.
V.
Pengaruh perbedaan kelas social terhadap sosialisasi anak dalam keluarga.
Menurut
Melvin Khon bentuk sosialisasi dibedakan menjadi :Represif dan parsitipatory. Menurutnya
,konsep kelas social adalah konsep individu yang menempati posisi yang sama
dalam skala prestos yang dibagi menjadi :
1) Lower
class : pekerja manual yang tidak memiliki ketrampilan seperti buruh
2) Working
class : pekerja manual yang memiliki
ketrampilan tertentu seperti supir
3) Middle
class : pegawai kantoran seperti guru dll
4) Elite
class : sama dengan middle class hanya kekayaan dan latar belakangnya lebih
tinggi.
Selain
pola sosialisasi yang partisipasi dan represif ,terdapat pula pola sosialisasi
yang digunakan oleh orangtua dalam menanamkan disiplin pada anaknya yang
dikembangkan oleh Elizabeth B. Hurlock yaitu :
1) Otoriter
: menerapkan peraturan kaku tanpa adanya kebebasan dan minim adanya pujian dan
sedikit sekali membenarkan tingkah laku anak apabila mereka melaksanakan aturan
tersebut.
2) Demokratis
: diskusi dan alas an yang membantu anak agar mengerti mengapa anak diminta
untuk mematuhi aturan. Senang member pujian dan memberikan control pada diri
anak itu sendiri.
3) Permisif
: orangtua membiarkan setiap tingkah laku anak dan tidak pernah memberikan
hukuman kepada anak. Pada saat terjadi hal yang berlebihan barulah orangtua
bertindak.
Penting
pula diketahui ketika penanaman nilai-nilai dalam proses sosialisasi perlu
diperhatikan 4 aspek yang terkait agar tujuan pendidikan dapat tercapai yaitu :
1).
Peraturan
2).
Hukuman
3).
Hadiah
4).
Konsistensi
Yang
paling dianggap penting adalah konsistensi karena segala sesuatu yang konsisten
akan menjadi pedoman atau aturan.
No comments:
Post a Comment
Feel Free to comment... Sertakan Identitas kamu yah ^.^