Masalah
sosial budaya yang diungkapkan dalam film antara lain :
1. Pendidikan
Dalam film Alangkah Lucunya Negeri Ini, tema
pendidikan dibahas dengan menampilkan refleksi realita sosial bahwa di
Indonesia terdapat banyak sarjana muda yang menjadi pengangguran karena
kesulitan mencari pekerjaan. Berdasarkan data, tingkat pengangguran terbuka
(TPT) usia muda, 15-29 tahun, di Indonesia mencapai 19,9% atau tertinggi di
kawasan Pasifik. Sehingga tokoh yang diperankan oleh Muluk sangat me-representasikan keadaan para sarjana
muda di Indonesia yang sangat miris. Hingga muncul pertanyaan, apakah
pendidikan itu penting ? Dalam film ini juga dibahas apakah pendidikan itu penting
atau tidak karena seseorang yang hanya tamatan SMU saja bisa bekerja menjadi pengusaha namun seorang
sarjana hanya menjadi pengangguran. Hal yang sangat memprihatinkan adalah
adanya sekelompok pencopet yang tidak sengaja bertemu Muluk dan membawanya
menjadi seorang Human Research
Development untuk mengorganisasi keuangan hasil copet . Hasilnya akan
diambil 10% dan digunakan sebagai modal usaha supaya mereka tidak mencopet
lagi. Muluk mencoba melakukan pendekatan kepada para pencopet untuk memberikan
pemahaman tentang pentingnya pendidikan dengan dididik baca tulis, budi pekerti,
nasionalisme, hingga agama yang dibantu dua rekannya yang juga sarjana
menganggur. Pada awalnya mereka kesulitan, dan bingung saat ditanya apakah
pendidikan itu penting ? dan jawabannya adalah
PENDIDIKAN itu penting. Karena berpendidikan, maka kita tahu bahwa pendidikan
itu tidak penting.
2. Pengangguran,
Pengangguran memang
menjadi masalah sosial yang sangat menyedihkan ,karena banyak lulusan perguruan
tinggi yang pandai menguasai suatu ilmu namun tidak menerapkan bidang
keilmuannya untuk mengabdi dan bekerja sesuai dengan yang ia pelajari. Di film
ini digambarkan jelas tentang kegalauan sarjana manajemen yang mencari
pekerjaan selama dua tahun dan akhirnya bertemu kawanan pencopet dan masuk
menjadi bagian HRD yang mengelola hasil copetan . memang tujuannya baik karena
hasil 10% nya untuk menjadi modal usaha menajdi pengasong, agar mereka beralih
profesi menjadi baik. Namun apa mau dikata, niat baik tersebut diketahui oleh orangtua
Muluk dan berkata bahwa hasil copet tersebut haram. Memang faktanya begitu
,tapi dengan niat baik Muluk telah melakukannya. Sehingga muncul pertanyaan
“apakah boleh menerima uang haram dari hasil yang halal dan bertujuan baik ?
Sedangkan kalau tidak diterima, maka orang tersebut tidak akan dapat hidup dan
tidak memperoleh penghasilan ? Apabila tidak dikerjakan, maka tidak akan ada
perbaikan moral dan pendidikan yang terjadi.
3. Pemerintahan
Sindiran tentang pemerintahan yang kotor terkait
kasus korupsi yang merebak sangat memprihatinkan. Dalam film tersebut terdapat
dialog antara Samsul dan para pencopet ketika mereka bertanya apa pentingya
pendidikan bagi para pencopet. Samsul berkata “Dengan mempunyai pendidikan,
mereka bisa bekerja di kantor. Dengan demikian mereka mempunyai kesempatan
untuk mencopet “brankas” kantor dan akan mendapatkan hasil yang jauh lebih
besar dari apa yang mereka lakukan selama ini. Status mereka bukan menjadi
pencopet lagi. Mereka akan naik kelas menjadi koruptor” Demikian kira-kira
jawaban Samsul yang membuat 20-an pencopet menjawab serempak,”Saya
ingin menjadi koruptor“. Alangkah lucunya negeri ini, jawaban tersebut
terucap dari seorang Sarjana Pendidikan yang menjadi pengangguran.
Masalah
social diatas berkaitan dengan juga dengan nilai keagamaan dan ideologi, moral
masyarakat dan kemiskinan yang menjadi penyebab terjadinya berbagai masalah
yang diangkat dalam karya tersebut
.
No comments:
Post a Comment
Feel Free to comment... Sertakan Identitas kamu yah ^.^