Fokus
Penelitian:
- Pemahaman anak remaja mengenai norma
- Interaksi yang terjadi pada anak dengan anggota keluarga
- Kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam keluarga
- Aturan yang mengikat di dalam keluarga
- Pendidikan yang diajarakan orang tua kepada anak
Kriteria
Informan:
- Berusia 17 sampai 20 tahun
- Mampu berkomunikasi dengan baik
- Memiliki waktu senggang
- Mau di wawancara tanpa unsur keterpaksaan
- Tinggal di rumah (dalam lingkungan keluarga)
Pedoman
Wawancara
- Sejauh mana pemahaman anak remaja mengenai norma?
- Bagaimana interaksi yang terjadi pada anak dengan anggota keluarganya?
- Bagaimana perilaku kebiasaan anak remaja di dalam keluarga?
- Adakah aturan yang mengikat anak dalam keluarga?
- Bagaimana pendidikan yang diajarkan keluarga terhadap anak?
Pedoman
Pengamatan:
- Perilaku anak remaja dengan orang tua
- Perilaku anak remaja di lingkungan keluarga
- Perilaku anak rmaja di lingkungan sekitar rumah
- Aktifitas sehari-hari anak remaja
TUGAS
2
instrumen
pertanyaan
- Anda anak ke berapa dari berapa bersaudara?
- Sejak kecil apa tinggal bersama orangtua?
- Bagaimana keadaan orangtua dan keluarga dari Anda kecil hingga saat ini?
- Bagaimana proses sosialisasi yang diberikan keluarga, apakah anda selalu di manja atau diberi sedikit kebebasan dalam pergaulan?
- Bagaimana kedekatan psikologis anda dan kedua orangtua? Dekat atau tidak? Lebih dekat dengan ayah/ibu atau saudara anda?
- Apa saja kegiatan Anda ketika dirumah, apakah membantu orangtua ,bermain di rumah tetangga atau pergi bersama teman-teman?
- Bagaimanakah cara orangtua anda dalam mendidik dan menerapkan norma sosial pada anda?
- Apakah kedua orangtua anda sangat memperhatikan dan memperdulikan lingkungan pergaulan anda serta mengenal teman-teman anda?
- Apakah kedua orangtua anda sangat memperhatikan pendidikan anda?
- Apakah anda juga terlibat dalam pengambilan keputusan ketika dalam keluarga terjadi permasalahan?
- Apakah anda mempunyai quality time yang baik dengan keluarga?
- Bagaimana pola asuh kedua orang tua anda terhadap saudara anda yang lain? Adakah perbedaan yang terjadi jika dibanding pola asuh terhadap anda sendiri?
- Apakah orang tua anda mengijinkan anda mempunyai pacar?
- Jika tidak, apa alasannya?
- Jika iya, bagaimana mereka memberikan pengertian pada anda dan sejauh mana kededakatan anda dengan orangtua ketika membahas masalah tersebut?
- Bagaimana aturan yang kedua orangtua anda berikan ketika anda sedang berpacaran?
- Bagaimana tanggapan kedua orangtua anda ketika anda memutuskan berpacaran?
- Menurut anda, kedua orangtua anda menerapkan pola asuh yang permisif/ otoriter terhadap perkembangan pribadi anda?
- Sejauh mana pengaruh kedua orangtua dalam pendidikan anda saat ini?
- Adakah permasalahan antara kedua orangtua dan anda yang paling sulit dan bagaimana anda mengatasinya?
Jawaban
1.
saya anak ke 1 dari 2 bersaudara
2.
dulu saya tinggal dengan kakek saya dari kecil sampai kelas 1 SD,
karena dulu ortang tua saya kerja di bi Boyolali dan saya sekolah di
Solo. Kemudian kelas 2 saya pindah ke Boyolali ikut orangtua saya,
tapi ketika saya SMP, kakek saya ikut pindah ke Boyolali dan tinggal
bersama dengan saya sampai sekarang.
3.
keluarga saya dari dulu sampai sekarang baik-baik saja, paling dalam
hal ekonomi. Dulu kehidupan keluarga saya sangat sederhana, karena
kedua orang tua saya belum diangkat menjadi PNS. Rumah pun hanya
mengontrak. Tapi alhamdulilah lambat laun sampai sekarang sudah
meningkat, dan kehidupan ekonomi kami lebih baik daripada dahulu.
4.
ya seperti keluarga kebanyakan, mereka memberikan sosialisasi yang
baik kepada saya, intinya mereka memberikan yg baik-baik kepada saya.
Saya tidak terlalu dimanja. Tergantung kebutuhan, kalau saya memang
butuh dan itu penting biasanya mereka akan memenuhi itu semua selama
mereka mampu memenuhi itu. Untuk bergaul saya memang diberi cukup
kebebasan asal saya bisa menjaga kepercayaan yang diberikan orangtua
saya dan tidak neko-neko, nakal boleh tapi sesuai aturan saja.
5.
kalau dibilang dekat sih dekat, tapi tidak terlalu dekat juga,
hubungan saya dengn orang tu saya biasa saja sebetulnya, tapi sy
lebih dekat dengan ibu saya daripada dengan ayah , karena saya lebih
nyaman cerita dengan ibu .Tapi biasanya saya lebih sering curhat sama
nenek saya.
6.
kegiatan saya dirumah biasanya saya pagi merawat hewan peliharaan
dirumah, setelah itu main seharian dengan teman saya, jd saya memang
jarang dirumah.
7.
cara mendidik ya seperti orang tua pd umumnya. Mereka memberitahu
mana yang baik dilakukan dan mana yang tidak baik dilakukan sesuai
nilai dan norma yg ada
8.
Mereka sangat peduli dengan lingkungan bergaul saya. Setiap orang tua
pasti tidak ingin anaknya bergaul dengan lingkungan yang salah.
Mereka juga mengenal teman-teman saya, karena saya sering mengajak
teman-teman saya kerumah, sehingga mereka tahu bagaimana lingkungan
dan teman bergaul saya.
9.sangat
memperdulikan, karena pendidikan itu penting untuk masa depan saya..
10.
selama ini blm pernah, karena memang tidak pernah ada masalah besar,
paling hanya dimintai pendapat dlm hal-hal kecil
11.
ya, saat sore hari dimana kedua orangtua saya sudah ada dirumah,
itupun kalo saya sedang dirumah, kalau tidak ,saat kita sekeluarga
pergi sama ke suatu tempat
12.
perbedaan pola asuh pasti ada,, karena generasi saya dengan generasi
adik saya pasti berbeda, jd mereka menyesuaikan sesuai budaya
masing-masing
13.
mengijinkan
15.
mereka memberikan ijin asal apa yang saya lakukan tidak melanggar
batasan-batasan yang berlaku saja. Dan apa yang saya lakukan tidak
merugikan diri dan orang lain.
16.
aturannya yang jelas tidak melanggar nilai dan norma, kemudian tidak
mengganggu pendidikan saya.
17.
tanggapan mereka biasa saja, karna memang sudah waktunya.
18.
ya terkadang permisif dan terkadang otoriter. Tergantung dalam hal
apa. kalau soal nilai dan norma mereka sangat otoriter agar saya
tidak melanggar semua itu, kalau untuk yang lain mereka tidak terlalu
dan saya cenderung diberi kebebasan.
- pengaruhnya sangat besar, karna mereka yg memfasilitasi saya hingga saya bisa kuliah..mereka juga memberikan motivasi kepada saya.
- permasalahan yg sulit biasanya dalam hal perbedaan pemikiran. Contohnya saya ikut club motor, sebetulnya ayah saya kurang setuju krna mindsetnya club motor itu buruk, tp sebetulnya tidak. Dia juga sering melarang saya untuk touring jauh, tapi untuk mengatasi itu semua saya terpaksa berbohong agar saya bisa touring. Karna jika saya jujur pasti banyak tidak bolehnya.
Catatan-catatan
selama proses wawancara
Identitas
informan.
Nama :
Jian Parmasta
Jenis
Kelamin : Laki - laki
Usia
: 20 Tahun
Alamat :
Tegalarum,Mojosongo,Boyolali.
Proses
wawancara
Wawancara dilakukan
selama kurang lebih satu jam di rumah narasumber di dusun
Tegalarum,Mojosongo,Boyolali. Narasumber dan peneliti sudah saling
mengenal, jadi mempermudah peneliti untuk mewawancarai narasumber.
Narasumber memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan peneliti.
Dalam proses wawancara terjadi interaksi yang seimbang antara
peneliti dan narasumber sehingga tidak ada yang mendominasi dan tidak
terkesan tanya jawab formal. Apabila narasumber tidak paham dengan
pertanyaan peneliti, narasumber aktif untuk bertanya sampai dia paham
kemudian narasumber menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peneliti.
Dalam memberikan
jawaban, narasumber lebih sering bercerita keadaan bagaimana dia
dalam keluarganya. Kondisi seperti ini membuat antara peneliti dan
narasumber merasa nyaman dalam melakukan wawancara. Jawaban dari
narasumber menurut peneliti bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya
karena selain wawancara dilakukan dalam situasi yang nyaman dan tidak
memaksa , peneliti dan narasumber pun sudah saling mengenal.
TUGAS 3
Hasil
Pengamatan Sosial
Boyolali
terkenal dengan sentra sapi perah karena secara geografis Boyolali
adalah dataran tinggi dengan hawa sejuk yang ditunjang oleh pasokan
pupuk dan air bersih yang memadai. Icon Kabupaten Boyolali sebagai
Kota Susu memang telah terbukti karena Boyolali menjadi kabupaten
penghasil susu terbesar di Jawa Tengah termasuk salah satunya di desa
Mojosongo
Meski bukan yang terbesar di Boyolali, Desa Mojosongo
termasuk penghasil susu yang selama ini menjadi salah satu produk
unggulan kabupaten tersebut. Ada puluhan warga yang memelihara
sapi perah dan menyetorkan susu ke pabrik pengolah susu. Mereka
beternak secara konvensional, yang secara turun temurun sudah
diwarisi. Hasilnya memang masih dianggap cukup untuk menopang
kehidupan sehari-hari. .Kini sapi mereka berkembang banyak, sehat,
susu berlimpah. Mereka juga memperoleh hasil dari penjualan pupuk,
dan biogas.
Sebagian
besar masyarakat Kecamatan Mojosongo bermata pencaharian sebagai PNS
dan swasta, selain itu terdapat pula peternak dan petani yang
menyokong perekonomian pengembangan sumber daya alam setempat. Produk
susu sapi merupakan pendukung utama unggulan desa tersebut. Desa
Mojosongo telah menjalin kerjasama dengan Susu Bendera (Frisian Flag)
untuk menampung produk susu masyarakat Mojosongo dan sekitarnya.
Selain beternak sapi masyarakat Mojosongo juga mengembangkan ternak
ayam dan peternakan kambing. Selain susu
segar dan sapi potong, di Boyolali juga terdapat sentra pengolahan
produk dari susu sapi diantaranya keju, youghurt dan dodol produk
turunan sapi lainnya. Tujuan pengolahan produk turunan supaya bisa
bermanfaat dan tidak terbuang sia-sia selain mendapat tambahan
penghasilan jika melebihi kuota sapi. Selain itu terdapat pula olahan
abon sapi dan kripik paru. Prestasi peternakan boyolali yang menjadi
sentra pengolahan susu sapi menjadikan Boyolali sebagai tempat
percontohan bagi peternak diluar daerah.
Kondisi sosial di masyarakat Mojosongo terkait proses sosialisasi
yang berpengaruh terhadap pola pembentukan norma remaja dapat
dikatakan berjalan dengan baik, penyimpangan sosial remaja dapat
dikendalikan karena setiap keluarga khususnya keluarga narasumber
Jian Pramasta telah mengaplikasikan nilai dan norma sosial dengan
semestinya. Walaupun pada kenyataannya seringkali terdapat perbedaan
pendapat, saya kira itu merupakan hal yang wajar dimana pola asuh
orangtua merupakan arahan yang terbaik bagi remaja, agar tidak
terjadi hal yang tidak diinginkan seperti pergaulan bebas. Narasumber
Jian mengaku berbohong pada orangtuanya apabila ingin pergi touring
bersama club motor karena orangtuanya tidak suka dan menganggap club
motor adalah komunitas yang tidak bermanfaat. Disisi lain itulah hobi
narasumber Jian yang ia rasa positif dan tidak menyimpang. Dalam hal
ini perbedaan pendapat terjadi dan ia terpaksa berbohong. Solusi dari
hal ini saya kira adalah komunikasi yang terbuka dan mencoba
memberikan pengertian kepada orangtua bahwa hobi tersebut tidak akan
menganggu pendidikan narasumber. Selain itu diperlukan kemampuan
untuk meyakinkan orangtua agar bisa percaya dan mengijinkan setiap
kegiatan yang dilakukan narasumber. Di pihak sang remaja seharusnya
bisa menjaga kepercayaan yang diberikan orangtua dengan selalu
berprestasi dan mempunyai sopan santun pada keluarga dan masyarakat.
- Catatan lapangan (fieldnote)
Perilaku
anak remaja dengan orang tua di desa tersebut saling menghorati
antara remaja dan orangtuanya. Peran keluarga dala pembentukan norma
sosial khususnya kesopanan dan kesusilaan dapat dikatakan berhasil.
Remaja usia 17 hingga 20 tahun mempunyai pengendalian diri yang cukup
baik karena kontrol sosial keluarga dan masyarakat setempat sehingga
penyimpangan sosial dapat dikendalikan dan terkontrol dengan baik.
Perilaku anak remaja di lingkungan keluarga pun terkadang terdapat
perbedaan pendapat karena perubahan sosial yang merubah pola pikir
kedua generasi, namun hal tersebut dapat diatasi dengan baik melalui
komunikasi dan interaksi antara keduanya. Perilaku anak remaja di
lingkungan sekitar rumah terjalin dengan harmonis dan rukun karena
sifat saling kekeluargaaan antar warga dan adanya keterikatan
emosional diantara keduanya.
Pola hidup anak remaja di desa tersebut sangat positif
karena selain kuliah mereka juga bersosialisasi dengan lingkungan
mereka secara intens dan pergaulan remaja dalam hal positif.
Aktifitas sehari-hari anak remaja di desa tersebut selain nongkrong
juga sering di bengkel modifikasi motor dan kadang-kadang mengikuti
touring komunitas motor.
-Catatan Tambahan
Diluar Objek Pengamatan
Saudara
Jian Pramasta adalah narasumber saya dalam wawancara ini. Ia adalah
mahasiswa semester IV di UNY jurusan sosiologi B. Ia merupakan
mahasiswa asal Boyolali. Sebagai kota yang mempunyai icon Kota Susu
,daerah asalnya tersebut menarik untuk dikaji terkait
dengan pembentukan norma sosial yang ia alami di kota susu tersebut.
Jian yang mempunyai hobi modifikasi motor tersebut mempunyai proses
sosialisasi yang baik dalam keluarga dan masyarakat di desa nya.
Kontol sosial dalam masyarakat masih dipegang teguh hingga saat ini
walaupun terjadi modernisasi dalam sektor ekonomi namun desa
Mojosongo masih menerapkan nilai dan norma sosial pada remaja desa
setempat. Pembentukan norma sosial pada Jian yang berusia 20 tahun
dapat dikatakan stabil dan tidak menyimpang karena kegiatan yang
dilakukannya sehari-hari bersifat positif dan tidak melanggar aturan.
TUGAS IV
Hasil
analisis penelitian
Garis
besar temuan :
Sebagian
besar narasumber yang diwawancara mengemukakan bahwasanya nilai dan
norma yang ada dalam keluarga mereka dipatuhi dan ditaati sesuai
dengan aturan yang berlaku. Bahkan semua narasumber mengetahui dengan
baik dan menyetujui persamaan aturan norma didaerahnya masing-masing
yang sifatnya standar tersebut juga diterapkan didaerah narasumber
yang lain. Artinya nilai dan norma sosial berlaku diseluruh daerah
adalah sama. Baik dan buruknya tindakan seseorang ada aturan yang
membatasinya. Keseluruhan nilai dan norma tersebut merupakan pedoman
tingkah laku yang hingga saat ini masih berlaku walaupun dengan
adanya perubahan sosial seperti modernisasi dan westernisasi
mengakibatkan lunturnya norma kesusilaan dan kesopanan. Hal itu
adalah sebuah kewajaran karena kehidupan yang bersifat dinamis dan
global mengakibatkan perubahan pola pikir dari generasi ke generasi.
Dalam hal ini remaja di usia 17 hingga 20 tahun tidak mengalami
keguncangan psikologis akibat masa transisi perubahan peran dari
remaja ke masa kedewasaan. Nilai dan norma berlaku dengan baik
disamping kontrol sosial yang menjaga adat ketimuran.
Persamaan
dan perbedaan antar informan :
-
Persamaan antar informan adalah informan adalah remaja usia
17 hingga 20 tahun yang mengetahui dan mampu menaati norma yang
berlaku di keluarga dan daerahnya masing-masing. Adapun penyimpangan
sosial tidak terjadi karena pengendalian sosial masih sangat dipegang
teguh oleh narasumber. Adanya perubahan sosial membuat lenturnya
sifat norma yang mengarah ke penyimpangan sosial masih bisa
dikendalikan dengan batasan-batasan yang menjadi tolok ukur perilaku
yang dilakukan.
-
Perbedaan antar informan adalah proses sosialisasi mengalami
perbedaan akibat dari perubahan sosial diantara daerah narasumber
yang berbeda tempat. Pada beberapa narasumber didapati lunturnya
norma sosial akibat pengendalian sosial yang kurang, khususnya pada
norma kesusilaan karena daerah narasumber yang daerahnya menjadi
obyek wisata disalahgunakan oleh kaum muda untuk memadu kasih tanpa
mengindahkan peraturan dan tanpa pengawasan dari pihak setempat.
Sehingga mereka tidak memperdulikan aturan sosial yang berlaku.
Kesimpulan
umum :
Dalam
perkembangannya banyak norma kesopanan maupun norma kesusilaan banyak
yang telah luntur oleh perkembangan zaman. Lunturnya norma kesopanan
atau norma kesusilaan terjadi akibat perubahan sosial dan modernisasi
yang melunturkan nilai ketimuran bangsa Indonesia. Sikap masyarakat
sangat menentukan bagaimana norma atau aturan ini masih berlaku atau
tidak dalam masyarakat itu sendiri.
Dalam pembentukan
norma remaja, pola asuh orangtua sangat dominan karena keluarga
merupakan agen sosialisasi primer. Sehingga pembentukan karakter
remaja sangat dipengaruhi oleh pola asuh orangtua. Sikap orang tua
sangat menentukan sikap dan tingkah laku ketika berada di lingkungan
yang lebih luas. Selain itu, sikap yang ditunjukkan oleh lingkungan
kepada perubahan zaman juga digunakan sebagai kontrol sosial yang
dibangun oleh masyarakat. Apabila terdapat penyimpangan sosial maka
akan ada sanksi yang seperti dikucilkan dan desas-desus(gossip)
Sanksi sosial ini tidak berlaku selamanya namun hanya berlaku
beberapa saat saja untuk memberikan efek jera pada pelaku tindakan
yangseperti melanggar norma.
Dalam penelitian
ini narasumber mematuhi aturan yang diberikan oleh orangtuanya dalam
keluarga yang membentuk pola pikir remaja agar memiliki kesadaran dan
tanggungjawab dalam bertindak. Remaja usia 17 sehingga 20 sudah
diberikan kepercayaan dan tanggungjawab oleh orangtua sehingga
mempunyai beban moral sebagai kontrol sosialnya dalam bertindak.
No comments:
Post a Comment
Feel Free to comment... Sertakan Identitas kamu yah ^.^