Hunian rumah
dome yang berbentuk seperti rumah teletabis difungsikan sebagai rumah tahan
gempa. Hunian ini dibangun untuk para korban
gempa yang terjadi tahun 2007 lalu dimana banyak rumah warga disekitar
mengalami kerusakan parah dan tidak layak huni. Selain itu sebagai tempat
relokasi dari beberapa RT di kampung tersebut. Ada banyak rumah yang ambles
karena dahsyatnya gempa saat itu, antara lain ada 17 KK dan ada banyak rumah
yang berpotensi ambles.
New Ngelepen
Village menjadi desa wisata pada tahun 2009 karena memiliki keunikan pada
bentuk rumah yang mirip rumah teletabis.
Para penghuni di New Ngelepen Village membayar sewa tanah kas desa. Pada tahun 2007 sampai 2009 masyarakat masih
digratiskan dalam hal sewa tanah. Namun sewa tanah mulai dibayar pada tahun
2010 dengan perhitungan 2 HA atau 350 m2 sebesar 11 juta. Sewa tanah tersebut masuk ke kas desa dan di
koordinir ketua RT setempat. Selanjutnya akan disetorkan ke kepala desa. Besar
iuran tersebut sesuai luas kavling tanah masing-masing. Pembagian tanah ada
perbedaan selisih paling banyak 50 meter.
Proses
pembangunan rumah dome ini dibantu oleh LSM Internasional dan dibiayai oleh
donatur dari Dubai secara hibah. Hingga saat ini tidak terjadi komunikasi
berkelanjutan dari masyarakat dan donatur tersebut karena murni sebagai bantuan
kemanusiaan.
Pada saat
itu terjadi kesepakatan antara masyarakat dan pemerintah terkait regulasi
pembangunan pasca gempa, antara lain bagi korban gempa yang rumahnya rusak
total maka uang yang menjadi hak nya sebesar 15 Juta dialokasikan untuk
membangun aspal, jaringan listrik dan kandang kelompok atau ternak sapi warga.
Konsep rumah
Dome ini sebagai hunian relokasi, tidak diperjual belikan dan tidak boleh
disewakan agar tidak terjadi kecemburuan sosial. Akan tetapi hunian ini boleh
dijadikan home stay untuk para turis atau penyewa dan hasil dari sewa tersebut
akan masuk ke kas pengurus untuk kembali lagi bagi kemaslahatan masyarakat.
Konsep rumah dome ini
disesuaikan dengan bentuk bangunan aslinya. Namun karena tidak dikoordinir
dengan baik sehingga saat ini ditambahi berbagai properti yang menjadi kurang
sesuai dengan aslinya. Agar tidak membuat kebingungan karena semua bentuk dan ukuran rumah sama,maka setiap rumah
diberikan nomor dan nama untuk tanda dan tidak salah masuk ke rumah lain.
Masyarakat menjadi bingung karena pemerintah tidak memberikan solusi.
Beberapa hal yang membuat warga
di kampung teletabis tidak nyaman ,antara lain :
a. Luas bangunan yang sempit ,
maka jika luasnya ditambah akan lebih nyaman
b. Perabotan rumah yang banuak
sehingga perlu penyesuaian ketika menempatkan di rumah dome yang sempit
c.
Semua tata letak ruang sama sehingga semua rumah isinya sama persis.
d.
kurangnya jumlah ruang menjadi kurang nyaman bagi para penghuni rumah dome
Jadi
satu rumah dibagi menjadi 4 ruang dan 2 lantai yaitu kamar tamu, 2 kamar tidur,
dan dapur. Karena luas bangunan sempit ,ada beberapa warga yang memasak di luar
rumah menggunakan arang karena ruang yang sempit.
Selain
itu dengan tinggi bangunan 4,6 meter yang tidak standar untuk 2 lantai sehingga
suhu udara di lantai 2 panas dan tidak nyaman.
Jadi
inti dari keluh kesah warga adalah bukan bentuk bangunan yang dipersoalkan
melainkan kebutuhan akan ruang yang tidak tercukupi. Bentuk bangunan tidak
berpengaruh terhadap kehidupan warga.
Akibat
hal tersebut ada beberapa kepala keluarga yang pindah ke rumah biasa.
Jumlah
bangunan di kampung New Ngelepen terdapat 80 unit, antara lain 71 rumah hunian
,9 fasilitas lain (mushola, aula dll) dan 14 bangunan tidak dipakai karena
difungsikan untuk home stay
Beberapa hal positif yang
dirasakan masyarakat New Ngelepen Village setelah desa mereka menjadi desa
wisata, antara lain :
a.
adanya peningkatan kualitas pendidikan untuk generasi muda.
b.
generasi tua juga mendapatkan pengetahuan dan wawasan dari interaksi sosial
dengan para pengunjung atau turis yang datang.
c.budaya bersih sudah diterapkan
oleh para masyarakat yang sebagian besar adalah petani.
d. tata kehidupan mengalami
peningkatan (misalnya : para petani)
Poteni Pembangunan Dome dan Pengelolaan Tempat Wisata
Wisatawan asing khususnya asal Jepang,Australia,
Belanda yang notabene paling banyak mengunjungi Yogyakarta, tertarik untuk mengunjungi
New Ngelepen Village. Warga menjadi tuan rumah yang mengelola home stay bagi
wisatawan. Pengelola rumah dome menawarkan paket-paket menginap dan fasilitas
outbond. Hasil dari pengelolaan tempat wisata tersebut menjadi pemasukan bagi warga karena warga memanfaatkannya
dengan membuka tempat parkir, warung makan dan kamar mandi umum. Hal ini
merupakan pembangunan sector ekonomi bagi pendapatan warga.
Saran
Semua warga diberi pendidikan bahasa Inggris
agar mereka bisa melayani tamu wisatawan asing yang kelak jika mereka menginap
tak putus komunikasi. Semua itu mudah saja diwujudkan jika ada kesungguhan.Tak
hanya Pemkab Sleman yang harus turun tangan.Warga dan insan pariwisata tentunya
memiliki andil besar untuk mewujudkan itu semua. Jika itu semua bisa terwujud. rumah
dome akan menjadi aset wisata yang sangat-sangat potensial.
No comments:
Post a Comment
Feel Free to comment... Sertakan Identitas kamu yah ^.^