Friday 4 January 2013

Simbiosis Mutualisme Desa Wisata Kinahrejo dengan Kehidupan Masyarakat Setempat


 
Kinahrejo terletak 30 Km arah utara kota Yogyakarta, tepatnya di dusun Kinahrejo, Cangkingan, Pakem, Sleman.  Kinahrejo ditinggali penduduk yang menjadikan Gunung Merapi sebagai penompang hidup mereka. Bukan tanpa alasan, itu karena tanah di sekitar Gunung Merapi terbilang subur untuk bercocok tanam. Kesuburan tanah tersebut berasal dari abu vulkanik yang banyak mengandung mineral. Tidak hanya itu, desa ini juga memiliki tujuh mata air dan atraksi budaya terkenal yang dikenal dengan nama Labuhan.
Dusun Kinahrejo yang tadinya asri menjadi luluh lantak diterjang wedus gembel. Pohon-pohon besar yang rindang tinggal cerita. Erupsi Merapi 2010 meninggalkan kisah yang memilukan. Perlahan namun pasti, dusun Kinahrejo kembali berbenah. Luka dan penderitaan mulai dilupakan. Kehidupan baru dijalani.. Ada banyak aktifitas di sana. Mulai dari aksi penanaman pohon, kaderasi, sampai dengan kegiatan wisata alam. Setidaknya, aktifitas pengunjung di sana pun mendatangkan berkah untuk masyarakat .
Walaupun kini kondisi Desa Kinahrejo tidak seindah dahulu tetapi justru keberadaanya telah menarik banyak wisatawan yang ingin menyaksikan bagaimana dahsyatnya erupsi Gunung Merapi saat itu. Seperti kita tahu bahwa mayoritas penduduk Kinahrejo yang selamat dari bencana tersebut kehilangan mata pencahariannya dan mereka memanfaatkan kesempatan mengais rejeki dari aktifitas wisatawan yang berkunjung.  Banyaknya pengunjung yang datang ke Kinahrejo pun memberi keuntungan lain bagi masyarakat setempat. Antara lain loket masuk yang dikelola oleh masyarakat. Parkir kendaraan menjadi sumber penghasilan yang menggiurkan. Tidak mengherankan ada banyak pilihan tempat parkir di dusun ini. Sumber penghasilan ini dikelola dengan kearifan lokal sehingga tidak menjadi persoalan. Berbagai alternatif ditawarkan oleh masyarakat. Untuk naik ke bekas rumah Mbah Maridjan, pengunjung harus berjalan kaki. Kalau tidak mau bersusah payah, ada penyewaan motor dengan biaya Rp. 20.000,- atau dengan menyewa jeep seharga Rp. 50.000 untuk durasi waktu tertentu. Di areal parkiran dan sepanjang jalan menuju rumah Mbah Maridjan terdapat rumah-rumah sederhana yang menjajakan makanan dan minuman serta souvenir. Sebuah kreatifitas yang mendatangkan keuntungan.  Wisatawan yang datang menjadikan Kinahrejo sebagai desa wisata yang mendatangkan rejeki bagi masyarakat setempat
Terdapat pula Warung Kinah yang dahulu semasa erupsi digunakan sebagai dapur umum bagi pengungsi. Ada juga pondok kenang-kenangan yaitu pusat informasi Napak Tilas Kinahrejo sekaligus tempat penjualan beragam kenang-kenangan buatan warga Kinahrejo. Disini dapat membeli stiker, kaus, payung, buku, foto, dan lain yang bertema Gunung merapi. Perlu diketahui bahwa sebagian hasil penjualannya souvenir tersebut akan dikumpulkan untuk membiayai pembangunan kembali Dusun Kinahrejo Baru melalui Paguyuban Masyarakat Kinahrejo.
Berdirinya Paguyuban masyarakat Kinahrejo mempermudah penyaluran bantuan dan organisasi dalam pembangunan pasca bencana dan juga terkait dengan alokasi dana yang dihasilkan dari retribusi wisata Kinahrejo. Dana sosial tersebut diberikan kepada anak yatim dan lansia sebagai tali asih tanda persaudaraan.
Hubungan simbiosis mutualisme antara desa wisata Kinahrejo dengan masyarakatnya sangat terlihat karena adanya timbal balik yang saling menguntungkan diantara keduanya. Masyarakat setempat mencukupi kebutuhan hidupnya dengan mencari peluang kerja di desa Kinahrejo , yang dahulu memang sangat subur tanahnya sehingga tanaman akan tumbuh subur dan menghijau pada daerah tersebut. Hingga saat ini kandungan mineral didalamnya yang tertutup oleh lapisan wedhus gembel membuat tanaman menjadi gagal panen. Namun mereka tetap menetap tinggal disana karena tanah Kinahrejo tetap subur dan material akibat letusan gunung Merapi dapat digunakan sebagai material bangunan yang bernilai guna.



1 comment:

Feel Free to comment... Sertakan Identitas kamu yah ^.^