Monday 30 September 2013

Lima Konflik yang Paling Sering Terjadi di Indonesia

Untuk memenuhi tugas mata kuliah sosiologi konflik, saya tulis 5 konflik yang paling sering terjadi di negeri ini yang menurutku sungguh destruktif
  1. Aksi bentrokan warga dengan ormas (FPI).
Seperti yang terjadi di Kendal pada 18/7/2013 dalam bulan Ramadhan. Sekumpulan masa dari FPI melakukan sweeping terhadap sarang perjudian, lokalisasi, dan klub malam di Kendal. Tindakan FPI yang merusak tempat tersebut memicu amarah warga sekitar sehingga bentrokan pun terjadi. Warga memberikan perlawanan terhadap tindakan massa FPI dan merusak satu mobil yang ditumpangi massa FPI. Dalam insiden tersebut dua orang massa FPI mengalami luka ringan. Pihak FPI pada hari berikutnya kembali datang dan kericuhan tidak dapat dihindari. Saat bentrokan kembali terjadi, salah satu massa FPI menabrak seorang Ibu-ibu pengendara sepeda motor. Hal inilah yang menyebabkan warga tersulut emosinya dan membakar mobil Avanza milik massa FPI.

2. Demonstarsi buruh yang menuntut kenaikan upah di Jakarta
30.000 buruh dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan sejumlah serikat buruh lain melakukan aksi demonstrasi di depan Istana Negara, Kantor Kementerian Kesehatan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan PT Jamsostek pada Kamis (5/9/2013).
Dalam aksinya, buruh menuntut tiga hal yaitu :
a. Kenaikan upah minimum provinsi, kabupaten dan kota (UMP/K) sebesar 50%.
b. Menolak dan mendesak dicabutnya Inpres soal Penetapan UMP
c. Menuntut Jaminan Kesehatan
Buruh menolak apa pun bentuk kebijakan yang tak berpihak pada peningkatan kesejahteraan buruh.
Berdasarkan teori konflik dalam masyarakat Industri, Dahrendorf (dalam Poloma 2010 : 136) mengemukakan bahwa pertentangan kelas harus dilihat sebagai “kelompok-kelompok pertentangan yang berasal dari struktur kekuasaan asosiasi yang terkoordinir secara pasti.
Kelompok yang bertentangan itu akan menimbulkan perubahan struktur sosial. Pada gilirannya, serikat buruh tersebut akan terlibat dalam pertentangan yang mengakibatkan perubahan di bidang hukum serta ekonomi dan perubahan-perubahan konkrit dalam sistem pelapisan masyarakat.
Timbulnya kelas menengah baru, merupakan suatu perubahan struktural yang berasal dari institusionalisasi pertentangan kelas. Dalam masyarakat, pertentangan itu tidak dapat dihilangkan. Pertentangan tersebut fungsional bagi perkembangan dan perubahan struktur sosial. Yang penting ialah bahwa pertentangan itu diatur melalui institusionalisasi daripada usaha menekannya,

3. Aksi destruktif dalam demonstrasi mahasiswa Makassar.
Aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa Makassar dalam menolak kenaikan harga BBM menjadi kericuhan. Hal ini berawal saat kaki mahasiswi diinjak oleh taksi yang menerobos demo. Mahasiswa lainnya yang tidak terima lalu membela temannya dan merusak kaca taksi. Polisi yang berjaga lalu berusaha membubarkan demo karena dinilai sudah tidak kondusif. Situasi yang demikian menyulut emosi demonstran dan polisi sehingga kericuhan terjadi. Mahasiswa adalah masyarakat terdidik. Hal ini membuktikan kecerdasan intelektual tidak cukup dalam menyelesaikan permasalahan konflik.

4. Konflik Pilkada di daerah
Kerusuhan Pilkada Probolinggo yang anarkis diduga dipicu karena ketidakpuasan massa salah satu pasangan kepala daerah Kota Probolinggo saat penghitungan suara di kantor Kelurahan Mayangan. Massa merusak fasilitas umum seperti kantor kelurahan dan sejumlah mobil KPU dan mobil polisi. Polisi terpaksa menembakkan gas air mata karena massa semakin beringas. Tiga unit mobil milik polisi dan anggota KPU hangus dibakar massa. Lima orang provokator dalam aksi tersebut telah ditangkap polisi dan ditetapkan sebagai tersangka.
Konflik di daerah terkait pilkada selama ini selalu dipicu oleh elite politik sendiri. Apalagi dibarengi dengan penggelontoran uang atau money politics, maka konflik itu akan lebih memanas lagi dengan sikap provokasi dari tim sukses masing-masing kandidat. Politik akan menjadi pemicu utama konflik di tahun politik ini.

    1. Konflik lahan perkebunan kelapa sawit
Tragedi berdarah pada 21 April 2011 berawal dari sengketa lahan perkebunan kelapa sawitantara warga Mesuji dan pihak PT Treekreasi Margamulya. Pada awalnya masyarakat sepakat melakukan kerjasama pembangunan kebun plasma kepada pihak perusahaan, namun kesepakatan tersebut tidak sesuai dengan perjanjian awal.
Tragedi yang menewaskan dua orang warga asli Mesuji tersebut lalu menyulut kemarahan warga untuk menyerang balik mess PT. Treekreasi Margamulya. Dalam penyerangan tersebut lima orang dari pihak perusahaan meninggal dunia.
Perkebunan kelapa sawit menduduki peringkat pertama penyebab konflik sumber daya alam dan agraria yang terjadi di Indonesia saat ini. Faktor tersebut di antaranya keberpihakan pemerintah terhadap pemodal besar. Banyak konflik yang awalnya terjadi secara diam-diam, tiba-tiba meletus ke permukaan, seperti terjadi di Mesuji-Lampung Utara, Ogan Ilir, Kebumen, hingga Sumbawa. Sebelumnya berbagai pihak juga menyebutkan makin tingginya konflik di Indonesia. Penyebab konflik adalah keberpihakan pemerintah pada para pemodal.


Soerjono Soekanto berpendapat bahwa konflik sebagai perjuangan untuk memperoleh nilai, status, kekuasaan, dimana tujuan dari mereka yang berkonflik, tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukan saingannya.
  1. Lewis A. Coser (Marga M. Poloma, 1992:103) mengakui beberapa susunan struktural merupakan hasil persetujuan dan konsensus, yang menunjukkan pada proses lain yaitu konflik sosial. Dalam membahas berbagai situasi konflik, Coser membedakan konflik yang realistis dari yang Tidak realities. Konflik yang realities berasal dari kekecewaan terhadap  tuntutan-tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan dan yang ditunjuk pada objek yang dianggap mengecewakan.
Coser memandang kondisi-kondisi di mana secara positif, konflik membantu mempertahankan struktur sosial. Konflik sebagai proses sosial dapat merupakan mekanisme lewat mana kelompok-kelompok dan batas-batasnya berbentuk dan dipertahankan. Selanjutnya konflik dapat menyatukan para anggota kelompok melalui pengukuhan kembali identitaskelompok.
Coser  juga menyebutkan konflik itu merupakan sumber kohesi atau perpecahan kelompok tergantung atas asal mula ketegangan, isu tentang konflik, cara bagaimana ketegangan itu ditangani dan yang terpenting tipe struktur dimana konflik itu berkemban
  1. konflik politik : faktor politik bisa jadi pemicu konflik misalnya pemekaran wilayah, kesetaraan, pemilihan kepala daerah, serta ketidakadilan hukum.
Ralf Dahrendorf (Margaret M. Poloma, 1992 145) menggunakan teori perjuangan kelas Marxian untuk membangun teori kelas dan pertentangan kelasnya dalam masyarakat industri kontemporer. Kelas tidak berarti pemilikan sarana-sarana produksi seperti yang dilakukan oleh Marx tetapi lebih merupakan pemilikan kekuasaan yang mencakup hak absah untuk menguasai orang lain. Perjuangan kelas dalam masyarakat modern baik dalam perekonomian kapitalis maupun komunis, dalam pemerintahan bebas dan totaliter berada di seputar pengendalian kekuasaan. Dahrendorf melihat kelompok-kelompok pertentangan sebagai kelompok yang lahir dari kepentingan-kepentingan bersama para individu yang mampu berorganisasi.

Sumber :
kompas.com

Poloma M, Margaret. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

No comments:

Post a Comment

Feel Free to comment... Sertakan Identitas kamu yah ^.^