Sunday 9 February 2014

DEVIASI SOSIAL : “Vandalism Dikalangan Pelajar”

1.Pengertian vandalisme
Menurut wikipedia, vandalisme adalah suatu sikap kebiasaan yang dialamatkan kepada bangsa vandal, pada zaman Romawi Kuno, yang budayanya antara lain melakukan perusakan yang kejam dan penistaan segalanya yang indah dan terpuji. Tindakan yang termasuk didalam vandalisme lainnya adalah perusakan, kriminal, graviti dan hal-hal lainnya yang mengganggu mata. Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, vandal adalah perbuatan merusak dan menghancurkan karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam dsb) atau perusakan dan penghancuran secara kasar atau ganas. Pada umumnnya vandalisme yang sering terjadi adalah kegiatan mencorat-coret tembok, papan, atau fasilitas umum lainnya. penempelan brosur, pamflet dan stiker di muka umum atau bukan pada tempatnya juga termasuk kegiatan vandalisme. Bahkan merusak fasilitas umum termasuk kegiatan vandalisme yang sebagaimana telah di ungkapkan diatas segala bentuk yang dapat mengganggu mata ataupun bentuk keganasan, kekasaran maupun penghancuran.
  1. Latar Belakang Seorang Pelajar Melakukan Vandalism
Kelompok kami telah melakukan wawancara kepada seorang mantan pelajar yang dahulunya melakukan vandalism. Orang tersebut bernama Azmi, dia merupakan alumni sebuah Sekolah Menengah Atas di daerah Sleman Barat. Azmi adalah satu dari sekian banyak pelajar yang pernah melakukan aksi coret-coret di tembok atau sering disebut dengan vandalism.
Latar belakang dia melakukan hal tersebut adalah karena pengaruh pergaulan dan ajakan dari teman-teman sepermainan. Azmi beserta 9 temannya biasa melakukan aksi coret-coret tembok yang bisa dikatakan ilegal itu dimulai pada pukul 22.00 WIB dan biasa berakhir pada pukul 02.00 dini hari. Mereka melakukan aksi ini dengan menggunkan sepeda motor dan dibagi kebeberapa kelompok yang kemudian masing-masing kelompok meluncur pada terget yang telah ditentukan yang kemudian nanti kembali berkumpul pada suatu tempat yang telah mereka sepakati.
Model dari azmi dan kawan-kawan dalam mencoret tembok ini adalah dua orang menggunakan satu motor. Satu orang memegang pilok yang berarti dia adalah sang “eksekutor” gambar dan satu lagi bertugas sebagai si pengendara motor. Jadi, jika saat mereka melakukan aksinya tersebut tertangkap atau diketahui oleh orang mereka dengan mudah untuk lari dan meningglakan tempat tersebut.
Aksi mereka lakukan biasannya di daerah Sleman Barat (Godean). Mereka sering berkumpul disalah satu rumah dari salah satu orang kelompok mereka sebelum melakukan aksi coret-coret tembok ini. Mereka mendapat pilok dan sejenisnya untuk melancarkan aksi mereka dengan iuran satu sama lain untuk membeli perlengkapan “menggambar” tetapi tidak jarang pula ada salah satu dari mereka sukarela membelikan pilok untuk mencoret-coret tembok.

  1. Dampak yang dihasilkan Dari Kegiatan Vandalism.
Menurut informan yang kami wawancarai, sebenarnya tidak ada dampak yang begitu signifikan yang ditimbulkan dari kegiatan vandalism ini. Mungkin hanya rasa kepuasan diri sendiri yang telah mampu “menggambar-i” tembok orang lain sesuka hati mereka. Selain itu juga kepuasan akan meningktanya popularitas nama sekolah dan “geng” mereka. Karena tidak jarang mereka hanya iseng-iseng saja menulis nama “geng” dan nama inisial mereka ke tembok-tembok rumah warga untuk mengeksis-kan nama sekolah, nama geng atau nama inisial mereka.
Namun selain dampak kepuasan dari diri sendiri, menurut Azmi vandalism tidak selalu bersisi negatif tetapi juga ada sisi positifnya. Pernah suatu ketika di sekolah dia sedang ada acara dan pihak sekolah mengadakan lomba mural (menggambar pada tembok tetapi sudah ditentukan tema gambarannya) lalu pihak sekolah meminta setiap kelas untuk mengirimkan perwakilan guna mengikuti perlombaan mural tersebut. Dengan begitu selain para siswa mampu menyampaikan aspirasi dan mengekspresikan diri mereka secara positif pemandangan tembok sekitar sekolah juga terlihat indah dengan gambaran-gambaran bertema yang dibuat oleh para siswa.
Disamping itu dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan vandalism ini adalah menjadi kotornya tembok-tembok yang telah digambarai tersebut. Meskipun mereka sadar akan dampak tersebut tetapi mereka tetap saja melakukan aksi coret-coret tersebut. Karena selain untuk menaikan popularitas nama sekolah mereka juga banyak pelajar-pelajar dari sekolah lain yang melakukan hal serupa. Dampak negatif lainnya yang ditimbulkan dari aksi vandal adalah merusak/mencemari lingkungan, mengganggu ketertiban dan mengganggu kenyamanan orang lain. Apabila aksi tersebut tidak segera diatasi akan bersifat laten dan menjadi penyakit dalam masyarakat.

  1. Cara berhenti dari aksi vandalism tersebut
Azmi sekarang telah kuliah disalah satu Perguruan Tinggi Negeri di kota Yogyakarata. Saat kami mewawancarai dia, dia mengatakan bahwasannya sudah sejak masuk kuliah dia berhenti melakukan aksi coret-coret ilegal tersebut selain karena teman-teman yang berbeda dari jaman SMA dia juga berpandangan bahwasannya tidak ada dampak yang positif dan baik dengan adanya vandalism tersebut. Selain itu aksi vandalism hanya akan merugikan orang lain dan mengganggu keindahan lingkungan. Justru sekarang dia malu jika dia melihat gambar atau tulisan-tulisan ditembok-tembok yang pernah ia coret. Kata azmi “saya malu jika harus mengingat masa alay saya”
Selain itu azmi juga berpendapat bahwasannya sampai saat ini masih ada vandalism yang dilakukan kalangan pelajar sekolah menengah atas bahkan menengah pertama. Ia berpendapat bahwasannya hal tersebut bisa menjadi perhatian bagi pemerintah Yogyakarta khususnya dan masyarakat sekitar bahwasannya aksi coret-coret ilegal itu sangat mengganggu dan merugikan banyak orang. Betapa tidak, tembok yang telah susah payah dicat rapi dan dengan warna yang bagus tetapi harus ternoda dengan coretan-coretan atau gambar-gambar yang tidak enak dipandang mata.
Cara yang bisa digunakan untuk mencegah atau menghentikan vandalism tersebut dengan cara.
  1. Tindakan Preventif (pencegahan)
Sebenarnya vandalisme dapat dicegah, hal tersebut kembali kepada kesadaran diri seseorang untuk peduli terhadap lingkungan sekitar. Menurut penulis,tindakan vandalisme adalah bentuk ke-egoisan orang untuk membuat orang tersebut merasa di akui keberadaannya. Orang tersebut melakukan aksi corat-coret tembok agar orang lain tau bahwa apa yang dituliskannya itu merupakan bentuk eksistensi atau menunjukkan kekuasaan pada diri seseorang tersebut. Jika kesadaran untuk menjaga keindahan lingkungan sekitar dapat ditumbuhkan, maka tindakan vandal bisa dicegah sehingga hak orang lain untuk menikmati keindahan lingkungan tetap terkondisikan. Sebagai bentuk ekspresi diri akan kreatifitas seni hendaknya tindakan grafiti dan mural ditempatkan pada tempat yang sesuai dengan kondisi lingkungan, bukan di rumah-rumah penduduk,toko,pinggir jalan dan taman kota.Apabila mural dan grafiti dapat dikembangkan dan ditempatkan ditempat yang tepat maka akan menjadi salah satu bentuk media grafis yang sangat indah.
Selain hal itu terdapat beberapa hal untuk dapa t mencegah tindakan vandalisme ,antara lain :
  • Diberikan pengertian bahwasannya aksi vandalism itu merupakan aksi penyimpangan sosial.
  • Diberikan sosialisasi dampak-dampak yang diakibatkan dari aksi vandalism tersebut.
  • Melalui pelajarn sosiologi, siswa diberikan pengertian bahwa tindakan vandalisme adalah penyimpangan sosial dan merusak keindahan.

  1. Tindakan Represif (pasaca kejadian)
  • Diberikan hukuman yang membuat jera pelaku (bukan dengan fisik) mungkin bisa disuruh mengecat tembok yang telah di coret
  • Diberikan wadah atau salurkan bakat anak pada apa yang mereka suka (melukis atau menggambar)
  • Diselenggarakan lomba grafiti dan mural di lokasi khusus yang menyediakan tempat tersebut sehingga kretifitas bisa dikembagkan secara positif

KESIMPULAN
.Tindakan vandalisme merupakan sebuah bentuk ekspresi para pelajar yang disalurkan secara negatif dengan aksi merusak keindahan lingkungan melalui corat-coret tembok di pinggir jalan. Penyebab tindakan tersebut adalah ajakan teman dan pergaulan di sekolah yang secara tradisi telah mempunyai nama 'geng' sekolah. Vandalisme yang dilakukan para pelajar adalah bentuk ke-egoisan diri agar diakui keberadaannya. Para pelajar yang melakukan aksi corat-coret tembok bertujuan agar orang lain tau bahwa apa yang dituliskannya itu merupakan bentuk eksistensi atau menunjukkan kekuasaan pada geng dan komunitasnya tersebut.
Kreatifitas para pelajar hendaknya bisa disalurkan melalui media yang secara khusus menyediakan tempat untuk grafiti dan mural. Melalui lomba grafiti atau mural, seni menggambar bisa disalurkan secara positif menjadi media grafis yang bermakna.Vandalisme bisa dicegah jika kesadaran akan keindahan lingkungan bisa terus dijaga. Selain itu diperlukan sosialisasi pada para pelajar jika tindakan tersebut adalah penyimpangan sosial dan merusak keindahan lingkungan.


























No comments:

Post a Comment

Feel Free to comment... Sertakan Identitas kamu yah ^.^