Wednesday 16 April 2014

Kampung Teletabis “New Ngelepen Village” Prambanan


Hunian rumah dome yang berbentuk seperti rumah teletabis difungsikan sebagai rumah tahan gempa. Hunian ini dibangun untuk para korban  gempa yang terjadi tahun 2007 lalu dimana banyak rumah warga disekitar mengalami kerusakan parah dan tidak layak huni. Selain itu sebagai tempat relokasi dari beberapa RT di kampung tersebut. Ada banyak rumah yang ambles karena dahsyatnya gempa saat itu, antara lain ada 17 KK dan ada banyak rumah yang berpotensi ambles.
New Ngelepen Village menjadi desa wisata pada tahun 2009 karena memiliki keunikan pada bentuk  rumah yang mirip rumah teletabis. Para penghuni di New Ngelepen Village membayar sewa tanah kas desa.  Pada tahun 2007 sampai 2009 masyarakat masih digratiskan dalam hal sewa tanah. Namun sewa tanah mulai dibayar pada tahun 2010 dengan perhitungan 2 HA atau 350 m2 sebesar 11 juta.  Sewa tanah tersebut masuk ke kas desa dan di koordinir ketua RT setempat. Selanjutnya akan disetorkan ke kepala desa. Besar iuran tersebut sesuai luas kavling tanah masing-masing. Pembagian tanah ada perbedaan selisih paling banyak 50 meter.
Proses pembangunan rumah dome ini dibantu oleh LSM Internasional dan dibiayai oleh donatur dari Dubai secara hibah. Hingga saat ini tidak terjadi komunikasi berkelanjutan dari masyarakat dan donatur tersebut karena murni sebagai bantuan kemanusiaan.
Pada saat itu terjadi kesepakatan antara masyarakat dan pemerintah terkait regulasi pembangunan pasca gempa, antara lain bagi korban gempa yang rumahnya rusak total maka uang yang menjadi hak nya sebesar 15 Juta dialokasikan untuk membangun aspal, jaringan listrik dan kandang kelompok atau ternak sapi warga.
Konsep rumah Dome ini sebagai hunian relokasi, tidak diperjual belikan dan tidak boleh disewakan agar tidak terjadi kecemburuan sosial. Akan tetapi hunian ini boleh dijadikan home stay untuk para turis atau penyewa dan hasil dari sewa tersebut akan masuk ke kas pengurus untuk kembali lagi bagi kemaslahatan masyarakat.
Konsep rumah dome ini disesuaikan dengan bentuk bangunan aslinya. Namun karena tidak dikoordinir dengan baik sehingga saat ini ditambahi berbagai properti yang menjadi kurang sesuai dengan aslinya. Agar tidak membuat kebingungan karena semua bentuk  dan ukuran rumah sama,maka setiap rumah diberikan nomor dan nama untuk tanda dan tidak salah masuk ke rumah lain. Masyarakat menjadi bingung karena pemerintah tidak memberikan solusi.
Beberapa hal yang membuat warga di kampung teletabis tidak nyaman ,antara lain :
a. Luas bangunan yang sempit , maka jika luasnya ditambah akan lebih nyaman
b. Perabotan rumah yang banuak sehingga perlu penyesuaian ketika menempatkan di rumah dome yang sempit
c. Semua tata letak ruang sama sehingga semua rumah isinya sama persis.
d. kurangnya jumlah ruang menjadi kurang nyaman bagi para penghuni rumah dome
Jadi satu rumah dibagi menjadi 4 ruang dan 2 lantai yaitu kamar tamu, 2 kamar tidur, dan dapur. Karena luas bangunan sempit ,ada beberapa warga yang memasak di luar rumah menggunakan arang karena ruang yang sempit.
Selain itu dengan tinggi bangunan 4,6 meter yang tidak standar untuk 2 lantai sehingga suhu udara di lantai 2 panas dan tidak nyaman.
Jadi inti dari keluh kesah warga adalah bukan bentuk bangunan yang dipersoalkan melainkan kebutuhan akan ruang yang tidak tercukupi. Bentuk bangunan tidak berpengaruh terhadap kehidupan warga.
Akibat hal tersebut ada beberapa kepala keluarga yang pindah ke rumah biasa.
Jumlah bangunan di kampung New Ngelepen terdapat 80 unit, antara lain 71 rumah hunian ,9 fasilitas lain (mushola, aula dll) dan 14 bangunan tidak dipakai karena difungsikan untuk home stay
Beberapa hal positif yang dirasakan masyarakat New Ngelepen Village setelah desa mereka menjadi desa wisata, antara lain :
a. adanya peningkatan kualitas pendidikan untuk generasi muda.
b. generasi tua juga mendapatkan pengetahuan dan wawasan dari interaksi sosial dengan para pengunjung atau turis yang datang.
c.budaya bersih sudah diterapkan oleh para masyarakat yang sebagian besar adalah petani.
d. tata kehidupan mengalami peningkatan (misalnya : para petani)

Poteni Pembangunan Dome dan Pengelolaan Tempat Wisata

Wisatawan asing khususnya asal Jepang,Australia, Belanda yang notabene paling banyak mengunjungi Yogyakarta, tertarik untuk mengunjungi New Ngelepen Village. Warga menjadi tuan rumah yang mengelola home stay bagi wisatawan. Pengelola rumah dome menawarkan paket-paket menginap dan fasilitas outbond. Hasil dari pengelolaan tempat wisata tersebut menjadi pemasukan  bagi warga karena warga memanfaatkannya dengan membuka tempat parkir, warung makan dan kamar mandi umum. Hal ini merupakan pembangunan sector ekonomi bagi pendapatan warga.
Saran
Semua warga diberi pendidikan bahasa Inggris agar mereka bisa melayani tamu wisatawan asing yang kelak jika mereka menginap tak putus komunikasi. Semua itu mudah saja diwujudkan jika ada kesungguhan.Tak hanya Pemkab Sleman yang harus turun tangan.Warga dan insan pariwisata tentunya memiliki andil besar untuk mewujudkan itu semua. Jika itu semua bisa terwujud. rumah dome akan menjadi aset wisata yang sangat-sangat potensial.


No comments:

Post a Comment

Feel Free to comment... Sertakan Identitas kamu yah ^.^