Sunday 16 June 2013

PEMBENTUKAN NORMA SOSIAL PADA ANAK REMAJA USIA 17 SAMPAI 20

Fokus Penelitian:
  1. Pemahaman anak remaja mengenai norma
  2. Interaksi yang terjadi pada anak dengan anggota keluarga
  3. Kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam keluarga
  4. Aturan yang mengikat di dalam keluarga
  5. Pendidikan yang diajarakan orang tua kepada anak
Kriteria Informan:
  1. Berusia 17 sampai 20 tahun
  2. Mampu berkomunikasi dengan baik
  3. Memiliki waktu senggang
  4. Mau di wawancara tanpa unsur keterpaksaan
  5. Tinggal di rumah (dalam lingkungan keluarga)
Pedoman Wawancara
  1. Sejauh mana pemahaman anak remaja mengenai norma?
  2. Bagaimana interaksi yang terjadi pada anak dengan anggota keluarganya?
  3. Bagaimana perilaku kebiasaan anak remaja di dalam keluarga?
  4. Adakah aturan yang mengikat anak dalam keluarga?
  5. Bagaimana pendidikan yang diajarkan keluarga terhadap anak?

Pedoman Pengamatan:
  1. Perilaku anak remaja dengan orang tua
  2. Perilaku anak remaja di lingkungan keluarga
  3. Perilaku anak rmaja di lingkungan sekitar rumah
  4. Pola hidup anak remaja
  5. Aktifitas sehari-hari anak remaja
TUGAS 2
instrumen pertanyaan
  1. Anda anak ke berapa dari berapa bersaudara?
  2. Sejak kecil apa tinggal bersama orangtua?
  3. Bagaimana keadaan orangtua dan keluarga dari Anda kecil hingga saat ini?
  4. Bagaimana proses sosialisasi yang diberikan keluarga, apakah anda selalu di manja atau diberi sedikit kebebasan dalam pergaulan?
  5. Bagaimana kedekatan psikologis anda dan kedua orangtua? Dekat atau tidak? Lebih dekat dengan ayah/ibu atau saudara anda?
  6. Apa saja kegiatan Anda ketika dirumah, apakah membantu orangtua ,bermain di rumah tetangga atau pergi bersama teman-teman?
  7. Bagaimanakah cara orangtua anda dalam mendidik dan menerapkan norma sosial pada anda?
  8. Apakah kedua orangtua anda sangat memperhatikan dan memperdulikan lingkungan pergaulan anda serta mengenal teman-teman anda?
  9. Apakah kedua orangtua anda sangat memperhatikan pendidikan anda?
  10. Apakah anda juga terlibat dalam pengambilan keputusan ketika dalam keluarga terjadi permasalahan?
  11. Apakah anda mempunyai quality time yang baik dengan keluarga?
  12. Bagaimana pola asuh kedua orang tua anda terhadap saudara anda yang lain? Adakah perbedaan yang terjadi jika dibanding pola asuh terhadap anda sendiri?
  13. Apakah orang tua anda mengijinkan anda mempunyai pacar?
  14. Jika tidak, apa alasannya?
  15. Jika iya, bagaimana mereka memberikan pengertian pada anda dan sejauh mana kededakatan anda dengan orangtua ketika membahas masalah tersebut?
  16. Bagaimana aturan yang kedua orangtua anda berikan ketika anda sedang berpacaran?
  17. Bagaimana tanggapan kedua orangtua anda ketika anda memutuskan berpacaran?
  18. Menurut anda, kedua orangtua anda menerapkan pola asuh yang permisif/ otoriter terhadap perkembangan pribadi anda?
  19. Sejauh mana pengaruh kedua orangtua dalam pendidikan anda saat ini?
  20. Adakah permasalahan antara kedua orangtua dan anda yang paling sulit dan bagaimana anda mengatasinya?
Jawaban
1. saya anak ke 1 dari 2 bersaudara
2. dulu saya tinggal dengan kakek saya dari kecil sampai kelas 1 SD, karena dulu ortang tua saya kerja di bi Boyolali dan saya sekolah di Solo. Kemudian kelas 2 saya pindah ke Boyolali ikut orangtua saya, tapi ketika saya SMP, kakek saya ikut pindah ke Boyolali dan tinggal bersama dengan saya sampai sekarang.
3. keluarga saya dari dulu sampai sekarang baik-baik saja, paling dalam hal ekonomi. Dulu kehidupan keluarga saya sangat sederhana, karena kedua orang tua saya belum diangkat menjadi PNS. Rumah pun hanya mengontrak. Tapi alhamdulilah lambat laun sampai sekarang sudah meningkat, dan kehidupan ekonomi kami lebih baik daripada dahulu.
4. ya seperti keluarga kebanyakan, mereka memberikan sosialisasi yang baik kepada saya, intinya mereka memberikan yg baik-baik kepada saya. Saya tidak terlalu dimanja. Tergantung kebutuhan, kalau saya memang butuh dan itu penting biasanya mereka akan memenuhi itu semua selama mereka mampu memenuhi itu. Untuk bergaul saya memang diberi cukup kebebasan asal saya bisa menjaga kepercayaan yang diberikan orangtua saya dan tidak neko-neko, nakal boleh tapi sesuai aturan saja.
5. kalau dibilang dekat sih dekat, tapi tidak terlalu dekat juga, hubungan saya dengn orang tu saya biasa saja sebetulnya, tapi sy lebih dekat dengan ibu saya daripada dengan ayah , karena saya lebih nyaman cerita dengan ibu .Tapi biasanya saya lebih sering curhat sama nenek saya.
6. kegiatan saya dirumah biasanya saya pagi merawat hewan peliharaan dirumah, setelah itu main seharian dengan teman saya, jd saya memang jarang dirumah.
7. cara mendidik ya seperti orang tua pd umumnya. Mereka memberitahu mana yang baik dilakukan dan mana yang tidak baik dilakukan sesuai nilai dan norma yg ada
8. Mereka sangat peduli dengan lingkungan bergaul saya. Setiap orang tua pasti tidak ingin anaknya bergaul dengan lingkungan yang salah. Mereka juga mengenal teman-teman saya, karena saya sering mengajak teman-teman saya kerumah, sehingga mereka tahu bagaimana lingkungan dan teman bergaul saya.
9.sangat memperdulikan, karena pendidikan itu penting untuk masa depan saya..
10. selama ini blm pernah, karena memang tidak pernah ada masalah besar, paling hanya dimintai pendapat dlm hal-hal kecil
11. ya, saat sore hari dimana kedua orangtua saya sudah ada dirumah, itupun kalo saya sedang dirumah, kalau tidak ,saat kita sekeluarga pergi sama ke suatu tempat
12. perbedaan pola asuh pasti ada,, karena generasi saya dengan generasi adik saya pasti berbeda, jd mereka menyesuaikan sesuai budaya masing-masing
13. mengijinkan
15. mereka memberikan ijin asal apa yang saya lakukan tidak melanggar batasan-batasan yang berlaku saja. Dan apa yang saya lakukan tidak merugikan diri dan orang lain.
16. aturannya yang jelas tidak melanggar nilai dan norma, kemudian tidak mengganggu pendidikan saya.
17. tanggapan mereka biasa saja, karna memang sudah waktunya.
18. ya terkadang permisif dan terkadang otoriter. Tergantung dalam hal apa. kalau soal nilai dan norma mereka sangat otoriter agar saya tidak melanggar semua itu, kalau untuk yang lain mereka tidak terlalu dan saya cenderung diberi kebebasan.
  1. pengaruhnya sangat besar, karna mereka yg memfasilitasi saya hingga saya bisa kuliah..mereka juga memberikan motivasi kepada saya.
  2. permasalahan yg sulit biasanya dalam hal perbedaan pemikiran. Contohnya saya ikut club motor, sebetulnya ayah saya kurang setuju krna mindsetnya club motor itu buruk, tp sebetulnya tidak. Dia juga sering melarang saya untuk touring jauh, tapi untuk mengatasi itu semua saya terpaksa berbohong agar saya bisa touring. Karna jika saya jujur pasti banyak tidak bolehnya.

Catatan-catatan selama proses wawancara
Identitas informan.
Nama : Jian Parmasta
Jenis Kelamin : Laki - laki
Usia : 20 Tahun
Alamat : Tegalarum,Mojosongo,Boyolali.

Proses wawancara
Wawancara dilakukan selama kurang lebih satu jam di rumah narasumber di dusun Tegalarum,Mojosongo,Boyolali. Narasumber dan peneliti sudah saling mengenal, jadi mempermudah peneliti untuk mewawancarai narasumber. Narasumber memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan peneliti. Dalam proses wawancara terjadi interaksi yang seimbang antara peneliti dan narasumber sehingga tidak ada yang mendominasi dan tidak terkesan tanya jawab formal. Apabila narasumber tidak paham dengan pertanyaan peneliti, narasumber aktif untuk bertanya sampai dia paham kemudian narasumber menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peneliti.
Dalam memberikan jawaban, narasumber lebih sering bercerita keadaan bagaimana dia dalam keluarganya. Kondisi seperti ini membuat antara peneliti dan narasumber merasa nyaman dalam melakukan wawancara. Jawaban dari narasumber menurut peneliti bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya karena selain wawancara dilakukan dalam situasi yang nyaman dan tidak memaksa , peneliti dan narasumber pun sudah saling mengenal.


TUGAS 3
Hasil Pengamatan Sosial
Boyolali terkenal dengan sentra sapi perah karena secara geografis Boyolali adalah dataran tinggi dengan hawa sejuk yang ditunjang oleh pasokan pupuk dan air bersih yang memadai. Icon Kabupaten Boyolali sebagai Kota Susu memang telah terbukti karena Boyolali menjadi kabupaten penghasil susu terbesar di Jawa Tengah termasuk salah satunya di desa Mojosongo Meski bukan yang terbesar di Boyolali, Desa Mojosongo termasuk penghasil susu yang selama ini menjadi salah satu produk unggulan kabupaten tersebut.  Ada puluhan warga yang memelihara sapi perah dan menyetorkan susu ke pabrik pengolah susu. Mereka beternak secara konvensional, yang secara turun temurun sudah diwarisi. Hasilnya memang masih dianggap cukup untuk menopang kehidupan sehari-hari. .Kini sapi mereka berkembang banyak, sehat, susu berlimpah. Mereka juga memperoleh hasil dari penjualan pupuk, dan biogas.
Sebagian besar masyarakat Kecamatan Mojosongo bermata pencaharian sebagai PNS dan swasta, selain itu terdapat pula peternak dan petani yang menyokong perekonomian pengembangan sumber daya alam setempat. Produk susu sapi merupakan pendukung utama unggulan desa tersebut. Desa Mojosongo telah menjalin kerjasama dengan Susu Bendera (Frisian Flag) untuk menampung produk susu masyarakat Mojosongo dan sekitarnya. Selain beternak sapi masyarakat Mojosongo juga mengembangkan ternak ayam dan peternakan kambing. Selain susu segar dan sapi potong, di Boyolali juga terdapat sentra pengolahan produk dari susu sapi diantaranya keju, youghurt dan dodol produk turunan sapi lainnya. Tujuan pengolahan produk turunan supaya bisa bermanfaat dan tidak terbuang sia-sia selain mendapat tambahan penghasilan jika melebihi kuota sapi. Selain itu terdapat pula olahan abon sapi dan kripik paru. Prestasi peternakan boyolali yang menjadi sentra pengolahan susu sapi menjadikan Boyolali sebagai tempat percontohan bagi peternak diluar daerah.
Kondisi sosial di masyarakat Mojosongo terkait proses sosialisasi yang berpengaruh terhadap pola pembentukan norma remaja dapat dikatakan berjalan dengan baik, penyimpangan sosial remaja dapat dikendalikan karena setiap keluarga khususnya keluarga narasumber Jian Pramasta telah mengaplikasikan nilai dan norma sosial dengan semestinya. Walaupun pada kenyataannya seringkali terdapat perbedaan pendapat, saya kira itu merupakan hal yang wajar dimana pola asuh orangtua merupakan arahan yang terbaik bagi remaja, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti pergaulan bebas. Narasumber Jian mengaku berbohong pada orangtuanya apabila ingin pergi touring bersama club motor karena orangtuanya tidak suka dan menganggap club motor adalah komunitas yang tidak bermanfaat. Disisi lain itulah hobi narasumber Jian yang ia rasa positif dan tidak menyimpang. Dalam hal ini perbedaan pendapat terjadi dan ia terpaksa berbohong. Solusi dari hal ini saya kira adalah komunikasi yang terbuka dan mencoba memberikan pengertian kepada orangtua bahwa hobi tersebut tidak akan menganggu pendidikan narasumber. Selain itu diperlukan kemampuan untuk meyakinkan orangtua agar bisa percaya dan mengijinkan setiap kegiatan yang dilakukan narasumber. Di pihak sang remaja seharusnya bisa menjaga kepercayaan yang diberikan orangtua dengan selalu berprestasi dan mempunyai sopan santun pada keluarga dan masyarakat.
- Catatan lapangan (fieldnote)
Perilaku anak remaja dengan orang tua di desa tersebut saling menghorati antara remaja dan orangtuanya. Peran keluarga dala pembentukan norma sosial khususnya kesopanan dan kesusilaan dapat dikatakan berhasil. Remaja usia 17 hingga 20 tahun mempunyai pengendalian diri yang cukup baik karena kontrol sosial keluarga dan masyarakat setempat sehingga penyimpangan sosial dapat dikendalikan dan terkontrol dengan baik. Perilaku anak remaja di lingkungan keluarga pun terkadang terdapat perbedaan pendapat karena perubahan sosial yang merubah pola pikir kedua generasi, namun hal tersebut dapat diatasi dengan baik melalui komunikasi dan interaksi antara keduanya. Perilaku anak remaja di lingkungan sekitar rumah terjalin dengan harmonis dan rukun karena sifat saling kekeluargaaan antar warga dan adanya keterikatan emosional diantara keduanya.
Pola hidup anak remaja di desa tersebut sangat positif karena selain kuliah mereka juga bersosialisasi dengan lingkungan mereka secara intens dan pergaulan remaja dalam hal positif. Aktifitas sehari-hari anak remaja di desa tersebut selain nongkrong juga sering di bengkel modifikasi motor dan kadang-kadang mengikuti touring komunitas motor.

-Catatan Tambahan Diluar Objek Pengamatan
Saudara Jian Pramasta adalah narasumber saya dalam wawancara ini. Ia adalah mahasiswa semester IV di UNY jurusan sosiologi B. Ia merupakan mahasiswa asal Boyolali. Sebagai kota yang mempunyai icon Kota Susu ,daerah asalnya tersebut menarik untuk dikaji terkait dengan pembentukan norma sosial yang ia alami di kota susu tersebut. Jian yang mempunyai hobi modifikasi motor tersebut mempunyai proses sosialisasi yang baik dalam keluarga dan masyarakat di desa nya. Kontol sosial dalam masyarakat masih dipegang teguh hingga saat ini walaupun terjadi modernisasi dalam sektor ekonomi namun desa Mojosongo masih menerapkan nilai dan norma sosial pada remaja desa setempat. Pembentukan norma sosial pada Jian yang berusia 20 tahun dapat dikatakan stabil dan tidak menyimpang karena kegiatan yang dilakukannya sehari-hari bersifat positif dan tidak melanggar aturan.






TUGAS IV
Hasil analisis penelitian
Garis besar temuan :
Sebagian besar narasumber yang diwawancara mengemukakan bahwasanya nilai dan norma yang ada dalam keluarga mereka dipatuhi dan ditaati sesuai dengan aturan yang berlaku. Bahkan semua narasumber mengetahui dengan baik dan menyetujui persamaan aturan norma didaerahnya masing-masing yang sifatnya standar tersebut juga diterapkan didaerah narasumber yang lain. Artinya nilai dan norma sosial berlaku diseluruh daerah adalah sama. Baik dan buruknya tindakan seseorang ada aturan yang membatasinya. Keseluruhan nilai dan norma tersebut merupakan pedoman tingkah laku yang hingga saat ini masih berlaku walaupun dengan adanya perubahan sosial seperti modernisasi dan westernisasi mengakibatkan lunturnya norma kesusilaan dan kesopanan. Hal itu adalah sebuah kewajaran karena kehidupan yang bersifat dinamis dan global mengakibatkan perubahan pola pikir dari generasi ke generasi. Dalam hal ini remaja di usia 17 hingga 20 tahun tidak mengalami keguncangan psikologis akibat masa transisi perubahan peran dari remaja ke masa kedewasaan. Nilai dan norma berlaku dengan baik disamping kontrol sosial yang menjaga adat ketimuran.

Persamaan dan perbedaan antar informan :
- Persamaan antar informan adalah informan adalah remaja usia 17 hingga 20 tahun yang mengetahui dan mampu menaati norma yang berlaku di keluarga dan daerahnya masing-masing. Adapun penyimpangan sosial tidak terjadi karena pengendalian sosial masih sangat dipegang teguh oleh narasumber. Adanya perubahan sosial membuat lenturnya sifat norma yang mengarah ke penyimpangan sosial masih bisa dikendalikan dengan batasan-batasan yang menjadi tolok ukur perilaku yang dilakukan.
- Perbedaan antar informan adalah proses sosialisasi mengalami perbedaan akibat dari perubahan sosial diantara daerah narasumber yang berbeda tempat. Pada beberapa narasumber didapati lunturnya norma sosial akibat pengendalian sosial yang kurang, khususnya pada norma kesusilaan karena daerah narasumber yang daerahnya menjadi obyek wisata disalahgunakan oleh kaum muda untuk memadu kasih tanpa mengindahkan peraturan dan tanpa pengawasan dari pihak setempat. Sehingga mereka tidak memperdulikan aturan sosial yang berlaku.

Kesimpulan umum :
Dalam perkembangannya banyak norma kesopanan maupun norma kesusilaan banyak yang telah luntur oleh perkembangan zaman. Lunturnya norma kesopanan atau norma kesusilaan terjadi akibat perubahan sosial dan modernisasi yang melunturkan nilai ketimuran bangsa Indonesia. Sikap masyarakat sangat menentukan bagaimana norma atau aturan ini masih berlaku atau tidak dalam masyarakat itu sendiri.
Dalam pembentukan norma remaja, pola asuh orangtua sangat dominan karena keluarga merupakan agen sosialisasi primer. Sehingga pembentukan karakter remaja sangat dipengaruhi oleh pola asuh orangtua. Sikap orang tua sangat menentukan sikap dan tingkah laku ketika berada di lingkungan yang lebih luas. Selain itu, sikap yang ditunjukkan oleh lingkungan kepada perubahan zaman juga digunakan sebagai kontrol sosial yang dibangun oleh masyarakat. Apabila terdapat penyimpangan sosial maka akan ada sanksi yang seperti dikucilkan dan desas-desus(gossip) Sanksi sosial ini tidak berlaku selamanya namun hanya berlaku beberapa saat saja untuk memberikan efek jera pada pelaku tindakan yangseperti melanggar norma.
Dalam penelitian ini narasumber mematuhi aturan yang diberikan oleh orangtuanya dalam keluarga yang membentuk pola pikir remaja agar memiliki kesadaran dan tanggungjawab dalam bertindak. Remaja usia 17 sehingga 20 sudah diberikan kepercayaan dan tanggungjawab oleh orangtua sehingga mempunyai beban moral sebagai kontrol sosialnya dalam bertindak.

No comments:

Post a Comment

Feel Free to comment... Sertakan Identitas kamu yah ^.^