Monday 14 October 2013

Proses Sosialisasi

Sosialisasi merupakan proses transmisi kebudayaan antargenerasi, karena tanpa sosialisasi masyarakat tidak akan bertahan melebihi satu generasi. Syarat penting terjadinya sosialisasi adalah interaksi social karena tanpa sosialisasi tidak mungkin berlangsung.
Melalui proses sosialisasi individu diharapkan dapat berperan sesuai nilai yang berlaku di masyarakat dimana dia berada.  Sosialisasi dialami individu sebagai makhluk social sepanjang hidupnya. Karena interaksi merupakan kunci berlangsungnya proses sosialisasi , maka diperlukan agen sosialisasi yakni orang-orang disekitar individu tersebut yang mentransmisikan nilai-nilai atau norma-norma tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Agen sosialisasi ini merupakan agen paling dekat dengan individu seperti keluarga,guru,teman sebaya dsb. (significant other)
Menurut tahapannya sosialisasi dibedakan menjadi dua tahap yaitu sosialisasi primer dan sekunder . sosialisasi primer merupakan dasar dari sosialisasi sekunder.
II. Sosialisasi sebagai suatu proses
Charles Horton Cooley memperkenalkan konsep looking glass self dimana senantiasa dalam benak individu terjadi suatu proses yang ditandai oleh 3 tahap terpisah.
1)      Persepsi: membayangkan bagaimana orang melihat kita
2)      Interpetasi:membayangkan bagaimana oranglain menilai kita
3)      Respons : persepsi dan interpretasi individu tersebut menyusun respon.

Berbeda dengan Coolet , Herbet Mead berpendapat bahwa orang yang sudah memiliki “self” dijumpai pada penguasaan bahasanya, yakni pada anak-anak yang berusia 5 tahun. Kemampuan untuk menganggap obyek atau subyek secara sekaligus ini diperoleh dalam tiga tahap yaitu :
1)      Playstage
2)      Gamestage
Jadi proses terbentuknya self pada diri anak diawali dari : orangtua mengekspresikan dirinya kemudian diidentifikasi dan diinternalisasi menjadi peran dan sikap oleh anak,akhirnya terbentuklah self si anak.
III. Sosialisasi pengalaman sepanjang hidup
George Ritzer membagi siklus kehidupan manusia dalam 4 tahap :
1)      Masa kanak-kanak
2)      Masa remaja
3)      Masa dewasa
4)      Masa tua menuju kematian
IV. Sosialisasi peran menurut jenis kelamin
Orangtua dalam membedakan perlakuannya terhadap anak laki-lak dan anak perempuan dapat dijelaskan melalui tiga teori menurut Maccoby dan Jacklin dalam Scanzoni:
1)      Teori imitasi : menirukan tingkah laku orang dewasa. Seorang anak akan mengidentifikasi dirinya dengan orangtua yang berjenis kelamin sama dengan dirinya
2)      Self Socialization : anak akan berusaha mengembangkan konsep tentang dirinya (laki-laki/perempuan­) dan juga mengembangkan suatu pengertian tentang apa yang harus dilakukan bagi jenis kelamin yang bersangkutan.
3)      Teori Reinforcement : menekankan penggunaan sanksi berupa hukuman atau penghargaan.

V. Pengaruh perbedaan kelas social terhadap sosialisasi anak dalam keluarga.
Menurut Melvin Khon bentuk sosialisasi dibedakan menjadi :Represif dan parsitipatory. Menurutnya ,konsep kelas social adalah konsep individu yang menempati posisi yang sama dalam skala prestos yang dibagi menjadi :
1)      Lower class : pekerja manual yang tidak memiliki ketrampilan seperti buruh
2)      Working class :  pekerja manual yang memiliki ketrampilan tertentu seperti supir
3)      Middle class : pegawai kantoran seperti guru dll
4)      Elite class : sama dengan middle class hanya kekayaan dan latar belakangnya lebih tinggi.
Selain pola sosialisasi yang partisipasi dan represif ,terdapat pula pola sosialisasi yang digunakan oleh orangtua dalam menanamkan disiplin pada anaknya yang dikembangkan oleh Elizabeth B. Hurlock yaitu :
1)      Otoriter : menerapkan peraturan kaku tanpa adanya kebebasan dan minim adanya pujian dan sedikit sekali membenarkan tingkah laku anak apabila mereka melaksanakan aturan tersebut.
2)      Demokratis : diskusi dan alas an yang membantu anak agar mengerti mengapa anak diminta untuk mematuhi aturan. Senang member pujian dan memberikan control pada diri anak itu sendiri.
3)      Permisif : orangtua membiarkan setiap tingkah laku anak dan tidak pernah memberikan hukuman kepada anak. Pada saat terjadi hal yang berlebihan barulah orangtua bertindak.
Penting pula diketahui ketika penanaman nilai-nilai dalam proses sosialisasi perlu diperhatikan 4 aspek yang terkait agar tujuan pendidikan dapat tercapai yaitu :
1). Peraturan
2). Hukuman
3). Hadiah
4). Konsistensi
Yang paling dianggap penting adalah konsistensi karena segala sesuatu yang konsisten akan menjadi pedoman atau aturan.

No comments:

Post a Comment

Feel Free to comment... Sertakan Identitas kamu yah ^.^